Kaum muslimin yang dirahmati Allah.
Bagaimana perasaan anda ketika berada dalam situasi yang sangat panas. Matahari terik menyinari, dan panasnya pun membakar kulit. Tentunya anda akan merasa gerah, kepanasan, dan kehausan. Rasa haus yang akan terobati dengan tegukan air minum dan kesegarannya yang membasahi kerongkongan.
Demikianlah sebuah permisalan keadaan seorang insan. Insan yang hidup di tengah kehidupan alam dunia yang penuh dengan teriknya cobaan dan terpaan ujian. Panasnya membakar kepala, hati, dan akal sehatnya. Cobaan inilah yang dikenal dengan istilah fitnah; ya fitnah. Fitnah dunia, fitnah harta, fitnah wanita, fitnah kedudukan, fitnah popularitas, fitnah anak-anak, dan lain sebagainya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menggambarkan datangnya fitnah itu seperti lapisan-lapisan malam yang gelap gulita. Fitnah yang melanda bahkan menjadi laksana gelombang lautan yang ganas… Fitnah-fitnah yang berjatuhan dari atas langit ke bumi di sela-sela pemukiman dan perumahan, di desa dan di kota. Curahan fitnah itu menghunjam laksana curahan air hujan yang membasahi pekarangan…
Sementara, panas dan derasnya fitnah kehidupan ini hanya akan bisa sejuk dengan dzikir kepada Allah. Panasnya kehidupan ini hanya akan tentram dengan kembali kepada al-Qur’an. Panasnya alam dunia ini hanya akan lenyap di bawah naungan hidayah ar-Rahman… Oleh sebab itu, setiap hari kita memohon kepada Allah curahan hidayah. Hidayah demi hidayah untuk membekali jiwa dan pikiran kita dengan senjata penangkal segala fitnah dan keburukan yang menghadang di hadapan…
“Ya Allah, tunjukilah kami jalan yang lurus itu…” Inilah pengakuan yang jujur dari seorang hamba tentang kefakiran dirinya terhadap bimbingan dan arahan Rabbnya. Seorang hamba yang dengan sepenuhnya sadar bahwa segala kebaikan di tangan Allah, bukan di tangan dirinya. Oleh sebab itu, si hamba pun mengadu, memohon, memelas, mengiba kepada Allah agar tetesan hidayah itu terus menyirami hatinya, agar rasa hausnya segera terobati. Kehausan yang sangat dahsyat dan butuh segera ditangani.
Inilah gambaran perjalanan hidup kita, dari hari ke hari, dari waktu ke waktu. Kesempatan terus datang dan pergi, sementara kematian sudah pasti akan menghampiri. Kemarin, tetangga kampung sebelah meninggalkan alam dunia ini. Hari ini tadi, seorang tetangga di kampung sebelahnya pun menemui ajalnya dan tidak bisa mengelak lagi.
Rasa haus kita akan hidayah itu adalah naluri dan fitrah yang ditanamkan ke dalam diri. Kita pun merasakannya. Kita ingin memperbaiki diri. Kita ingin jauh dari keburukan dan dekat dengan kebaikan. Kita ingin menjadi lentera yang turut menerangi umat ke jalan petunjuk, dan bukan menjadi bara api yang menghanguskan kebaikan diri sendiri…
Kaum muslimin yang dirahmati Allah, rasa dahaga seorang hamba akan benar-benar terobati tatkala dirinya telah menikmati kelezatan air minum di surga yang abadi. Namun, sebelum itu ada sebuah surga di alam dunia ini yang harus terlebih dulu dimasuki; yaitu mengenal Allah dan tunduk kepada-Nya… Barangsiapa yang tidak memasuki surga di dunia, maka dia tidak akan masuk surga di akhirat sana…